Aku masih memutar lagu-lagu klasik... Kakiku yang tak pernah mengenal nada, khidmat mengikuti alunan musik, benar atau salah tergantung yang melihatnya, tapi aku sendiri disini. Biarlah, siapa yang peduli, aku nikmati saja musik ini, mungkin saat ini akan jadi bahan cemoohan, karena asing ditelinga pecinta musik milenial. Tapi shofa dari anyaman bambu yang kududuki tak henti-henti berbisik " tananglah anglo mu tak akan usang oleh waktu", bagaimana mungkin? Mataku berkeliaran akhirnya tertuju pada pojokan kamar, astagaaa asap hitam mengepul, mengapa tak kusadari, apa musik itu telah melenyapkan kesadaranku?. Dinding hitam, cat yang terkelupas adalah bukti, bagaimana dinding itu tenang dan sabar menghadapi tungku-tungku air yang menguap untuk ku gunakan menyeduh kopi hitam. Lantas mengapa shafa ini berbisik seperti itu? Aku kembali menggertak otakku agar kembali berfikir, oh astagaaa ternyata tampah yang terbuat dari bahan yang sama dengan shofa namun lebih tipis itu, masih tergantung manis di dinding, dekat perapian oh tidak-tidak, aku harus kembali berfikir "shofa, anglo, dan tampah?" Apa maksud kalian? Mengapa kalian tiba-tiba menjadi objek utama dari mataku?
0 komentar:
Posting Komentar