Halaman

Banner 468 x 60px

 

Sabtu, 02 Maret 2019

Pilu Hari Minggu #05

0 komentar
Kupandangi lautan, kebesaran Tuhan terlihat, mataku menyelinap pada langit terbentang, Tuhan kembali muncul dengan kebesaran-Nya, mataku sibuk mencari ruang hampa dan kosong, tapi tak mampu dan terbatas, hanya ada alam yang terlihat terhampar tak berdinding, pun Tuhan kembali hadir dengan kebesaran-Nya. Perkembangbiakan ekosistem hewani semakin menjadi-jadi tapi itu hanya saturasi ketiadaan manusiawi, adakah insan yang sayang pada alam? ada? ah dia saja tak tau kenapa rumput dan lumut selalu ada. Ada yang tau? tapi mereka kafir? percuma pencipta atas segala yang ia kagumi saja tidak ia akui, harus seperti apa sebenarnya aku? posisi siapa yang seharusnya aku isi? jika, saat ku pandangi cermin dalam-dalam kutukan Tuhan ada disana.
Read more...

Jumat, 01 Maret 2019

Pilu Hari Minggu #04

0 komentar
Tidurku disetiap malam tidak lebih dari pundak angka 12, setiap seperempat pagi aku terbangun ingat seperempat pagi bukan malam, menjadi rutinitas keseharian, itu pasti. menikmati nuansa yang dihadirkan para pedagang pasar, dengan emm ya sedikit perengus keringat, bercampur aroma khas tanah yang tersikap hujan bisa juga embun walau sekarang dikota yang kutempati sudah mulai jarang. Hmmmm elok bukan bau segar itu, klasik? ya mungkin seperti itulah yang hadir setiap minggu pagiku, terkadang aku harus memukul kopi untuk mengembalikan nyawa yang sebagian belum kembali dari perjalanan mimpinya, tapi.... sayang aroma cubitannya sering kalah oleh prfume-perfume pemuda-pemudi yang diperbudak absent sekolah kala jarum jam mendekati angka 7. Ah mungkin satu jam dari bangun tidurku ini, hanya menguak rasa rindu, saat mata masih seterang lampu neon berdiskusi tentang hidup, cinta, seni, karya dan....., ah entahlah yang pasti tak seperti debat kusir, setiap hari diangka 3 pagi dengan rutinitas tidur setelahnya, itu dulu, mungkin aku rindu itu, tapi sudah tak ada lagi teman untukku berkhayal segila dulu.
Read more...

Pilu Hari Minggi #03

0 komentar
Berangkat dari endapan-endapan serbuk kasih, menikmati senyummu, bersembunyi dari balik jendela. Bagaimana dengan malam, jutaan hingga milyaran kejutan semestanya, hanya paradoks? lantas Matahari yang tangguh, namun tak mampu menguntai tali rembulan dara ranjangnya, paradoks juga? mana yang kau sebut romantisme senja? langkah gontai lambang keputus asaan? Endemi-endemi kama tersibak, muncul kepermukaan? mendatangkan animo batu loncat agar hadir kebahagiaan? Itu hanya prolog. Mejauhkan kegetiran dan isak sedu sedan.dengan langkah gontai?apalagi itu? Deskripsi petarung yang tersayat pisau bambu keadaan. Jangan tafsirkan bersama patahnya hati oleh embun-embun harapan.
Read more...
 
Camus R B S © 2019